Selasa, 23 November 2010

SMA MUGA

SMA MUHAMMADIYAH 3 KALIWUNGU
pembelajaran digital di ruang kelas

SMA Muhammadiyah 3 Kaliwungu dalam rangka menyongsong tahun pelajaran 2010 / 2011 bersiap melaksanakan penerimaan peserta didik. Dalam pelaksanaan penerimaan peserta didik ini tema yang diambil adalah SMA MUHAMMADIYAH 3 KALIWUNGU "PEMBELAJARAN DIGITAL DI RUANG KELAS" Dalam pelaksanaan tahun ajaran baru kali ini, SMA Muhammadiyah 3 Kaliwungu berniat menghadirkan sistem pembelajaran dengan berbasis internet ke ruang kelas, dengan fasilitas HOTSPOT.
persyaratan untuk mendaftar di SMA Muhammadiyah 3 Kaliwungu adalah :

1. Fotokopi Ijazah yang dilegalisir atau SKHU asli.
2. Pasfoto ukuran 3 x 4 hitam putih sebanyak 4 lembar
3. Akte Kelahiran / surat keterangan lahir.
4. Mengisi formulir pendaftaran
5. Membayar biaya pendaftaran sebesar Rp.20.000,-
6. Datang sendiri / bersama orang tua.

bagi yang tidak lulus ujian nasional dan mengikuti Ujian Paket B melampirkan :
- Surat keterangan mengikuti ujian paket B dari sekolah asal.
- Melampirkan Kartu peserta Ujian Paket B.

para pendaftar ditunggu kehadirannya mulai tanggal 31 Mei 2010

Catatan :
Jika berkas kurang dapat disusulkan pada hari Senin - Sabtu (jam kerja),
Hari Libur tidak dilayani

Senin, Mei 03, 2010


PERPISAHAN SISWA KELAS XII

Siswa-siswi kelas XII IPA / IPS SMA Muhammadiyah 3 Kaliwungu Kendal. Pada tahun ini melaksanakan perpisahan dengan melaksanakan wisata ke Yogyakarta pada hari Ahad tanggal 2 Mei 2010. pelaksanaan kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa kelas XII dengan 15 orang pendamping. Rombongan yang diantar oleh 2 armada bus "KARTIKA" menuju objeck lokasi Borobudur dan Malioboro. pada saat yang bersamaan di alun-alun utara Kraton Yogyakarta dilaksanakan Karnaval SCTV. sehingga membuat suasana Malioboro penuh sesak oleh wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
anak-anak berpose bersama pak Shodiq di Candi Borobudur

Selasa, Agustus 18, 2009







SISWA - SISWI
SMA MUHAMMADIYAH 3 KALIWUNGU
MENGEMBAN AMANAT SEBAGAI PASKIBRA
KECAMATAN KALIWUNGU TAHUN 2009

Rabu, Juli 22, 2009

Seputar PSB 2009


SMA Muhammadiyah 3 Kaliwungu
dalam event PSB 2009 kali ini tetap memberikan beberapa kenang-kenangan kepada siswa - siswinya terutama yang berprestasi dalam pelajaran dan pembelajaran diluar jam sekolah


Selamat yach....teruskan jadi pelajar yang teladan ..semoga dapat ikut meraih Juara Pelajar Teladan. Amien

Sabtu, Juli 11, 2009


Senin, 22 November 2010

NGAAAJI YUUUUUUUUUK!!!!!!!!!!

HIDAYAH

Kita sering mendengar dalam pidato-pidato, permohonan kepada Allah Swt, untuk diberi “taufik hidayah”.
Hidayah berasal dari kata hadaya yang berarti telah memberi petunjuk; sedangkan taufik artinya kedamaian yang sempurna.
Makhluk hidup yang bergerak (menurut pengertian bahasa manusia) terdiri dari manusia, binatang dan sebagaian tumbuh-tumbuhan.
Agar bisa bertahan hidup di dunia, selamat di akhirat (bagi manusia), maka makhluk diberi hidayah oleh Allah Swt.
Ada empat macam hidayah, yaitu: hidayah insting dan hidayah pancaindera untuk bertahan hidup, hidayah akal untuk selamat dan berkembang di dunia; hidayah dien untuk keselamatan dunia-akhirat.

Hidayah insting
Hidayah insting diberikan kepada manusia dan binatang.
Anak bebek yang baru menetas segera mencari air, sebaliknya anak ayam yang baru menetas tak akan menceburkan dirinya ke dalam air, padahal keduanya dierami oleh induk yang sama.
Insting seperti ini juga terdapat pada manusia; misalnya insting menyelamatkan diri, insting untuk menetek pada bayi yang baru lahir.

Hidayah pancaindera
Hidayah pancaindera yaitu kemampuan melihat, mendengar, mencium, merasa, dan mengecap.
Kemampuan ini pada manusia dan hewan tidak sama. Ada jenis hewan yang mampu mendengar dan mencium tanda-tanda kematian, gempa, jejak dsb.
Karena manusia lebih banyak menggunakan akalnya, maka kemampuan pancainderanya kurang terlatih.

Hidayah akal
Hidayah akal diberikan kepada semua manusia.
Binatang dan tumbuhan tidak diberi hidayah akal.
Hal yang berkaitan dengan akal dapat dilihat pada sistematika akal nan empat
.
 

 

  

 

  



 

 
 
 
 
 
 

 

 

*****

SHOLAT KHUSYU’

1.     قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ} [المؤمنون: 1 و 2]

2.     وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ  

3.     ى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ} [العنكبوت: 45].

4.     إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعوَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ} [البقرة: 45].

5.     وَأَقِمِ الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ تَنْهًَا (19) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (20) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (21) إِلَّا الْمُصَلِّينَ (22) الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ (23- المعارج

6.     إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي (14)- طه

7.     اول مايحاسب به العبد يوم القيامة الصلاة ….

8.     سيأتى على الناس زمان يصلون ولايصلون

9.     فويل للمصلين ﴿۴﴾ الذين هم عن صلوتهم ساهون ﴿۵﴾ - الماعون

 

Secara konseptual :


  • Sebagai kebutuhan bukan merupakan beban
  • Dapat mendatangkan ketentraman
  • Dapat mencegah perbuatan keji dan munkar  
  • Sebagai sarana berkomunikasi kepada sang pencipta 
  • Sebagai sarana untuk berdo’a
  • Lahir komunitas muslim yang mulia dan dihormati


 Realitasnya :

 

 

Ø  Banyak orang yang melakukan shalat akan tetapi kemaksiatan tetap jalan

Ø  Rasa susah, gelisah, takut, sedih, setres,  dan khawatir masih dirasakannya

Ø  Shalat masih menjadi beban yang berat

Ø  Badannya shalat jiwanya melayang kemana-mana

Ø  Keberadaan orang-orang islam dilecehkan dimana-mana

 

è  Mengapa demikian ?     

è Tentu ada sesuatu yang salah  

è Dimana letak kesalahannya ?

è Bagaimana pengamalan shalat kita ?

è Sejauhmana upaya yang kita lakukan terhadap perintah Allah yang agung !

 

MENGENAL DIRI

 

Diri kita terbagi menjadi dua unsur :

 a.            Badan (jasmani) ; yang terbuat dari unsur-unsur yang berasal dari tanah dan pada suatu saant akan rusak menjadi tanah kembali.

b.            Jiwa ( rohani ) ; yang telah ditiupkan oleh Allah pada saat umur 120 hari didalam kandungan.  

  •   Badan kita adalah sebagai tempatnya rohani kita, sehingga badan itu biasa melakukan aktivitas sebagaimana yang diinginkan oleh rohani. Sehingga roh adalah hal yang sangat penting keberadaannya didalam tubuh kita. Badan yang telah ditinggalkan oleh roh tentu akan menjadi rusak dan sangat mengerikan be

  •  Akan tetapi dalam kenyataannya banyak manusia yang justru menitik beratkan perhatiannya pada badan bukan pada roh. Termasuk dalam pelaksanaan shalat, banyak orang  yang  shalat dengan prinsip pokoknya syarat rukun telah terpenuhi, tanpa pernah berupaya bagaiman shalat yang ia lakukan dapat berfungsi sebagai sarana berkomunikasi secara interaktiv kepada sang khaliq. Artinya shalatnya baru sebatas shalatnya badan belum diikuti oleh rohaninya. Badanya shalat namun fikirannya /rokhaninya mengembara kemana-mana.

 Bersambung …

 

 

 

 

  • Sebagai kebutuhan bukan merupakan beban
  • Dapat mendatangkan ketentraman
  • Dapat mencegah perbuatan keji dan munkar
  • Sebagai sarana berkomunikasi kepada sang pencipta
  • Sebagai sarana untuk berdo’a
  • Lahir komunitas muslim yang mulia dan dihormati

 

Hidayah dien
Dalam bahasa Alquran, dien dikaitkan dengan beberapa kata lainnya seperti:

- Dien ul haq: agama yang logis (QS. 9:229; 9:33; 48:28; 61:9)
- Dien ul kholishi: agama khusus/bersih (QS. 39:3)
- Dien ul qoyyiman: agama kukuh (QS. 6:1161)
- Dien ul qoyyimi: agama yang mengkukuhkkan (QS. 9:36; 12:40; 30:30; 30:43)

HIDAYAH TAUFIQIYAH

( Hidayah yang diberikan Allah kepada orang yang memang ingin melaksanakan ajaran yang ada didalam Al-qur’an, sehingga denmgan keinginannya inilah Allah melapangkan jalan untuknya.

sawalan di Kaliwungu asyik dech!!!!!!!!!

Syawalan di Kaliwungu

Bertahun-tahun hidup sebagai orang Kaliwungu aku gak pernah melewatkan ramainya acara syawalan di Kaliwungu, meskipun kuliah di Jogja tapi setiap lebaran aku belum akan kembali ke kos sebelum acara syawalan selesai. Menurut Dr. Abdullah, dosen pascasarjana UNDIP dan sekaligus tetangga sebelah kebonku, syawalan adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap makam orang-orang saleh di Kaliwungu pada setiap bulan Syawal,  sehingga lahir apa yang disebut sebagai Syawalan. Salah satu tradisi keagamaan yang berupa peringatan wafatnya (khoul) ulama dalam masyarakat masa lalu, yang diadakan pada setiap tanggal 8 Syawal, yakni satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri, setiap tahun.
Pada mulanya Syawalan berasal dari sebuah peringatan meninggalnya (Khoul) ulama besar Kaliwungu, Kyai Asy’ari (Kyai Guru) dengan cara me-ziarahi kuburnya setiap tanggal 8 Syawal, setiap tahun. Sunan Katong hari wafatnya (khoulnya) dirayakan setiap bulan Rajab setiap tahun, biasanya jatuh pada pasaran kliwon, Sayyid Bakhur (Bakir) bin Ahmad bin Sayyid Bakri (Wafat 8 April 1965) dan istrinya Fatimah binti Sayyid Ali Akbari (almarhumah) (wafat 21 Januari 1989) khoulnya setiap bulan Besar (hari Raya Qurban). Sesuai dengan perkembangan masyarakatnya, kemudian lokasi ziarah berkembang ke makam Pangeran Mandurorejo, dan Pangeran Pakuwaja, Kyai Mustofa, Kyai Rukyat, dan Kyai Musyafa’.
Awalnya kegiatan ziarah mengirim doa di makam Kyai Asy’ari ini hanya dilakukan oleh keluarga dan keturunan Kyai Asy’ari, tetapi lama kelamaan diikuti oleh masyarakat muslim di Kaliwungu dan sekitarnya. Akhirnya, kegiatan itu semakin massif terjadi setiap tahun, bahkan objek lokasi ziarah melebar bukan hanya kepada makam Kyai Asy’ari atau “Kyai Guru”, akan tetapi juga ke makam Sunan Katong, Pangeran Mandurarejo, seorang Panglima Perang Mataram, dan Pangeran Pakuwaja. Belakangan para peziarah merambah juga berziarah ke makam Kyai Mustofa, Kyai Musyafa’, dan Kyai Rukyat.
Makam Kyai Asy’ari,  Makam Pangeran Mandurarejo, dan Sunan Katong terletak di jabal sebelah selatan desa Protomulyo, sedang makam Kyai Mustofa dan Kyai Musyafa’ terletak di jabal sebelah utara-barat. Kemudian acara dilanjutkan jalan kaki bersama-sama para kyai dan masyarakat santri Kaliwungu menuju makam Kyai Asy’ari. Agenda acara ritual di makam Kyai Asy’ari adalah (1) Pembukaan, (2) Pembacaan Riwayat hidup singkat Kyai Asy’ari, (3) Pembacaan Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, Al-An-Nas dan tahlil, dan (4) Doa untuk para arwah leluhur, ulama yang dimakamkan di pemakamman Protomulyo dan Kutoharjo.
Keramaian syawalan tentu saja mengundang orang untuk datang, dan sesuai dengan hukum pasar dimana ada keramaian pastilah disitu juga ada pedagang yang “mremo” di acara syawalan, bahkan pengunjung yang datang sebagian besar bukan untuk berziarah syawalan melainkan untuk menikmati keramaian itu yang dimeriahkan oleh berbagai macam penjual dan aneka permainan anak-anak.
Aneka hiburan tersedia dari mulai permainan anak-anak semacam komedi putar, hingga hiburan orang dewasa semacam Tong Setan dan Panggung Dangdutan. Jadi mengingatkanku sewaktu masih kecil, syawalan adalah moment yang selalu kutunggu-tunggu untuk memecahkan celengan ayamku, biasanya aku selalu punya target tertentu untuk mendapatkan salah satu mainan yang dijual di aneka syawalan dengan uang yang kutabung selama setahun sebelumnya. Sekarang, adalah syawalan pertamaku di negara orang dan sekaligus baru pertama kali aku melewatkan acara syawalan di kampung halamanku. Anyway, makasih buat Dian Wahyu Puspitasari dari Suara Merdeka buat kiriman foto-foto syawalannya tadi sore, membuat memoriku melayang kembali ke kampung halaman.

Wewehan Neng kaliwungu

Wewehan, Sebuah Tradisi Budaya Penuh Makna

 
BUDAYA

Wewehan, Sebuah Tradisi Budaya Penuh Makna
Oleh : Samsul Ulum | 03-Feb-2010, 19:21:51 WIB
KabarIndonesia - Lala terbangun dari tidur siangnya pukul 16.00 WIB langsung berteriak minta mandi pada ibunya. Lala gadis mungil berusia 3 tahun, bergegas mandi sore karena  hari ini merupakan hari Jumat. Jumat sore merupakan hari wewehan bagi anak-anak dibawah usia 5 tahun. Sore itu Lala tidak mau terlambat mengikuti kegiatan wewehan di kampungnya.

Lala tinggal di kampung Kenduruan Desa Krajankulon Kaliwungu Kendal, sebuah perkampungan tua yang terdapat di kota Kaliwungu. Sebagian besar bangunan rumah di kampung ini merupakan  bangunan rumah khas Kaliwungu berpintu tiga yang terbuat dari kayu jati berbentuk limasan. Seiring perkembangan zaman beberapa rumah telah berubah bentuk menjadi bentuk perumahan modern berdinding tembok, namun sebagian besar warga kampung ini masih mempertahankan bentuk asli rumah adat Kaliwungu tersebut.

Wewehan berasal dari kata weweh yang dalam bahasa jawa berarti memberi; wewehan dapat diartikan dengan saling memberi. Wewehan merupakan sebuah tradisi yang berkembang pada masyarakat Kaliwungu untuk memperingati Hari Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Namun pada beberapa kampung di Kaliwungu kegiatan wewehan dilaksanakan setiap hari Jumat sebulan sebelum peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Pada tradisi wewehan setiap warga membuat makanan baik itu jajan pasar maupun makan modern yang akan dibagikan pada warga yang lainnya.Pembuatan makanan pun tergantung dengan kondisi kemampuan warga. Biasanya banyak jenis makanan khas Kaliwungu yang hanya ada pada kegiatan wewehan, seperti sumpil. Sumpil merupakan sejenis kupat kecil berbentuk segitiga yang pada saat makannya ditemani sambal kelapa.
 
Proses perayaan wewehan adalah setiap warga saling bertukar makanan yang telah mereka buat. Warga yang memiliki anak kecil, maka si anak lah yang bertugas sebagai pengantar makanan tersebut. Sedangkan untuk para orang tua yang di rumahnya tidak memiliki anak kecil biasanya menunggu di rumahnya untuk menunggu hantaran dari para tetangganya untuk ditukar dengan makanan yang telah dipersiapkan. Sekilas kegiatan ini mirip dengan kegiatan transaksi barter, namun ada perbedaan mendasar. Dalam barter orang akan melakukan transaksi apabila merasa cocok dengan barang yang akan dia barter, namun dalam wewehan penukaran makanan tidak didasarkan atas selera penukarnya tapi keiklasan dalam memberi.

Wewehan yang dilaksanakan sebulan sebelum peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW  hanya diikuti oleh anak-anak balita. Seperti halnya Lala, si gadis kecil ini tidak mau ketinggalan kegiatan wewehan pada setiap hari jumat sore di kampungnya. Setelah selesai mandi dia dengan diantar ibu bergegas mengambil makanannya yang akan dibagikan dan ditukar dengan teman-teman sebayanya. Di kampung Kenduruan kegiatan wewehan Jumat sore selalu dilaksanakan dibawah musola kampung. Ketika wewehan telah selesai setiap anak kecil di kampung ini terlihat ceria. Mereka pulang dengan bawaan beranekaragam makanan yang mereka peroleh pada saat wewehan.

Wewehan merupakan sebuah tradisi yang masih berkembang di masyarakat Kaliwungu sampai saat ini. Dalam kegiatan wewehan terkandung makna yang begitu dalam tentang pentingnya berbagi pada sesama. Pengetahuan untuk berbagi pada sejak usia kecil akan membekas pada setiap anak yang mengikuti acara tersebut. Sehingga, kelak pada saat dia dewasa akan menjadi orang yang dermawan dan mau menolong sesama.

Selain prosesi wewehan, pada perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW warga Kaliwungu biasanya  akan menghias rumahnya dengan berbagai macam lampu hias. Salah satu yang khas dari lampu hias tersebut adalah “teng-tengan”. Teng-tengan adalah sejenis lampion yang berbentuk beraneka ragam, ada bintang, kapal laut, kapal terbang, petromax, dan lain sebagainya.  Pada zaman dahulu teng-tengan dinyalakan dengan lampu minyak, namun pada era listrik lampu minyak lambat laut diganti dengan bohlam listrik.

Selain kedua tradisi diatas, pada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di kota Kaliwungu juga diadakan kegiatan Pawai Ta’aruf yang menampilkan berbagai macam kesenian tradisional dan modern. Selain itu setiap dua tahun sekali Remaja Masjid Besar Al Mutaqim Kaliwungu mwngadakan kegiatan Festival Masjid Al Mutaqim yang dilaksanakan di pelataran parkir masjid. Banyak agenda kesenian dan budaya yang ditampilkan pada acara festival masjid tersebut. Kegiatan festival sendiri biasanya dilaksanakan selama satu minggu yang mampu menyedot pengunjung dari luar kota Kaliwungu. (*)

SEJARAH KALIWUNGU

Memang tidak ada data yang akurat bila bercerita soal asal-usul sebuah tempat, dan semuanya berdasarkan cerita tutur. Begitu pula asal-usul nama kota Kaliwungu yang akan diceritakan di bawah ini.
Cerita tutur tentang kota Kaliwungu ditemukan ada tiga versi, yang berarti ada tiga cerita yang berkembang dan ketiganya ada yang rasional dan irasional.

Cerita pertama, nama itu murni berhubungan langsung dengan perjalanan Sunan Katong bersama pengikutnya. Yaitu ketika Sunan Katong tiba di suatu tempat, dan merasa lelah, maka ia dengan dijaga oleh pengikutnya istirahat dan tiduran atau Qoilulah di bawah sebuah pohon ungu yang letaknya di tepi (condong) ke sungai. Dari sinilah muncul ucapan Sungai = Kali, di bawah pohon Ungu,yang diucapkan menjadi satu kata, menjadi Kaliwungu. Sedangkan sungai tempat istirahat dan tiduran Sunan Katong, sekarang ini dinamakan sungai (kali) Sarean. Nama-nama itu langsung terucap oleh Sunan Katong sendiri. Cerita tutur ini sudah berkembang di masyarakat dan mendapat tempat yang kuat.

Cerita kedua, Kaliwungu berasal dari adarah ungu yang mengalir seperti kali (sungai), atau darah ungu itu mengalir bagaikan sungai atau kali. Disebutkan oleh cerita tutur, bahwa ceritanya bermula dari perkelahian dua pendekar, yaitu Sunan Katong dan Empu atau Pangeran Pakuwojo. Keduanya tewas bersama dan darahnya mengalir seperti mengalirnya air sungai dengan warna ungu, darah putih bercampur dengan darah merah kehitam-hitaman.
Tewasnya keduau tokoh diawalai dengan kesalahpahaman yang didahului oleh kemarahan yang meletup-letup. Pakuwojo marah karena anaknya tidak mau menuruti kehendaknya, dan melarikan diri minta perlindungan Sunan Katong. Kemarahan Pakuwojo memuncak karena ada orang yang melindungi anaknya berarti menantang dirinya. Keris Pakuwojo yang sudah dikeluarkan dari rangkanya langsung ditancapkan ke tubuh orang yang melindungi anaknya yang tidak lain adalah Sunan Katong, gurunya sendiri. Setelah sadar dan melihat bahwa yang baru saja ditikam adalah gurunya sendiri, lemaslah Pakuwojo. Pakuwojo lalu minta ampun dan mendekatkan tubuhnya serta bersujud di kaki Sunan Katong. Dengan sisa-sisa tenaga, Sunan Katong mencabut keris yang menancap pada dirinya, dan langsung ditusukkan ke tubuh Pakuwojo. Dua tokoh yang berbeda aliran itu tewas secara bersama. Darah putih bercampur dengan darah merah kehitam-hitaman, menjadi warna ungu, mengalir bagaikan sungai (kali). Kaliwungu begitu nama di akhir zaman.

Cerita turur versi kedua ini memang alur tuturnya sangat berhubungan dengan versi pertama. Maka kedua jenis cerita tutur itu sudah mendapat dukungan kuat dari masyarakat.

Cerita ketiga, Ketika Raden Ronggo Wongsoprono, putera Pangeran Djoeminah memanggul jenazah Tumenggung Mandurorejo. Sebagaimana pesan Sultan Agung Raja Mataram, jenazah Mandurorejo supaya dimakamkan di tanah Prawoto. Karena waktu sholat sudah mengundang, maka Ki Ronggo Wongsoprono istirahat dan jenazahnya diletakkandi pinggir kali. Ketika Raden Ronggo selesai membersihkan badan dan berwudlu, dilihatnya jenazah Mandurorejo tangi, wungu (bangun). Dan disebutnya menjadi Kaliwungu. Itulah khazanah cerita.
Kembali Raden Ronggo membawa jenazah tersebut untuk dibawa ke tanah Prawoto yang oleh Raden Ronggo sendiri belum diketahui dimana letaknya. Ketika berjalan mencari tempat yang dituju sesuai petunjuk SUltan, Raden Ronggo bertemu dengan seseorang. "Kisanak, tempat apakah ini?" tanya Raden Ronggo. Orang yang dijumpainya menjawab bahwa tanah ini adalah tanah Proto. Oleh Raden Ronggo dipahami bahwa Proto dengan Prawaoto memiliki arti sama, dan sesuai dengan perintah Sultan, maka di daerah Proto itulah Tumenggung Mandurorejo dimakamkan.