Senin, 22 November 2010

Wewehan Neng kaliwungu

Wewehan, Sebuah Tradisi Budaya Penuh Makna

 
BUDAYA

Wewehan, Sebuah Tradisi Budaya Penuh Makna
Oleh : Samsul Ulum | 03-Feb-2010, 19:21:51 WIB
KabarIndonesia - Lala terbangun dari tidur siangnya pukul 16.00 WIB langsung berteriak minta mandi pada ibunya. Lala gadis mungil berusia 3 tahun, bergegas mandi sore karena  hari ini merupakan hari Jumat. Jumat sore merupakan hari wewehan bagi anak-anak dibawah usia 5 tahun. Sore itu Lala tidak mau terlambat mengikuti kegiatan wewehan di kampungnya.

Lala tinggal di kampung Kenduruan Desa Krajankulon Kaliwungu Kendal, sebuah perkampungan tua yang terdapat di kota Kaliwungu. Sebagian besar bangunan rumah di kampung ini merupakan  bangunan rumah khas Kaliwungu berpintu tiga yang terbuat dari kayu jati berbentuk limasan. Seiring perkembangan zaman beberapa rumah telah berubah bentuk menjadi bentuk perumahan modern berdinding tembok, namun sebagian besar warga kampung ini masih mempertahankan bentuk asli rumah adat Kaliwungu tersebut.

Wewehan berasal dari kata weweh yang dalam bahasa jawa berarti memberi; wewehan dapat diartikan dengan saling memberi. Wewehan merupakan sebuah tradisi yang berkembang pada masyarakat Kaliwungu untuk memperingati Hari Maulid Nabi Besar Muhammad SAW. Namun pada beberapa kampung di Kaliwungu kegiatan wewehan dilaksanakan setiap hari Jumat sebulan sebelum peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Pada tradisi wewehan setiap warga membuat makanan baik itu jajan pasar maupun makan modern yang akan dibagikan pada warga yang lainnya.Pembuatan makanan pun tergantung dengan kondisi kemampuan warga. Biasanya banyak jenis makanan khas Kaliwungu yang hanya ada pada kegiatan wewehan, seperti sumpil. Sumpil merupakan sejenis kupat kecil berbentuk segitiga yang pada saat makannya ditemani sambal kelapa.
 
Proses perayaan wewehan adalah setiap warga saling bertukar makanan yang telah mereka buat. Warga yang memiliki anak kecil, maka si anak lah yang bertugas sebagai pengantar makanan tersebut. Sedangkan untuk para orang tua yang di rumahnya tidak memiliki anak kecil biasanya menunggu di rumahnya untuk menunggu hantaran dari para tetangganya untuk ditukar dengan makanan yang telah dipersiapkan. Sekilas kegiatan ini mirip dengan kegiatan transaksi barter, namun ada perbedaan mendasar. Dalam barter orang akan melakukan transaksi apabila merasa cocok dengan barang yang akan dia barter, namun dalam wewehan penukaran makanan tidak didasarkan atas selera penukarnya tapi keiklasan dalam memberi.

Wewehan yang dilaksanakan sebulan sebelum peringatan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW  hanya diikuti oleh anak-anak balita. Seperti halnya Lala, si gadis kecil ini tidak mau ketinggalan kegiatan wewehan pada setiap hari jumat sore di kampungnya. Setelah selesai mandi dia dengan diantar ibu bergegas mengambil makanannya yang akan dibagikan dan ditukar dengan teman-teman sebayanya. Di kampung Kenduruan kegiatan wewehan Jumat sore selalu dilaksanakan dibawah musola kampung. Ketika wewehan telah selesai setiap anak kecil di kampung ini terlihat ceria. Mereka pulang dengan bawaan beranekaragam makanan yang mereka peroleh pada saat wewehan.

Wewehan merupakan sebuah tradisi yang masih berkembang di masyarakat Kaliwungu sampai saat ini. Dalam kegiatan wewehan terkandung makna yang begitu dalam tentang pentingnya berbagi pada sesama. Pengetahuan untuk berbagi pada sejak usia kecil akan membekas pada setiap anak yang mengikuti acara tersebut. Sehingga, kelak pada saat dia dewasa akan menjadi orang yang dermawan dan mau menolong sesama.

Selain prosesi wewehan, pada perayaan Maulid Nabi Besar Muhammad SAW warga Kaliwungu biasanya  akan menghias rumahnya dengan berbagai macam lampu hias. Salah satu yang khas dari lampu hias tersebut adalah “teng-tengan”. Teng-tengan adalah sejenis lampion yang berbentuk beraneka ragam, ada bintang, kapal laut, kapal terbang, petromax, dan lain sebagainya.  Pada zaman dahulu teng-tengan dinyalakan dengan lampu minyak, namun pada era listrik lampu minyak lambat laut diganti dengan bohlam listrik.

Selain kedua tradisi diatas, pada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di kota Kaliwungu juga diadakan kegiatan Pawai Ta’aruf yang menampilkan berbagai macam kesenian tradisional dan modern. Selain itu setiap dua tahun sekali Remaja Masjid Besar Al Mutaqim Kaliwungu mwngadakan kegiatan Festival Masjid Al Mutaqim yang dilaksanakan di pelataran parkir masjid. Banyak agenda kesenian dan budaya yang ditampilkan pada acara festival masjid tersebut. Kegiatan festival sendiri biasanya dilaksanakan selama satu minggu yang mampu menyedot pengunjung dari luar kota Kaliwungu. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar