Syawalan di Kaliwungu
Bertahun-tahun hidup sebagai orang Kaliwungu aku gak pernah melewatkan ramainya acara syawalan di Kaliwungu, meskipun kuliah di Jogja tapi setiap lebaran aku belum akan kembali ke kos sebelum acara syawalan selesai. Menurut Dr. Abdullah, dosen pascasarjana UNDIP dan sekaligus tetangga sebelah kebonku, syawalan adalah salah satu bentuk penghormatan terhadap makam orang-orang saleh di Kaliwungu pada setiap bulan Syawal, sehingga lahir apa yang disebut sebagai Syawalan. Salah satu tradisi keagamaan yang berupa peringatan wafatnya (khoul) ulama dalam masyarakat masa lalu, yang diadakan pada setiap tanggal 8 Syawal, yakni satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri, setiap tahun.
Pada mulanya Syawalan berasal dari sebuah peringatan meninggalnya (Khoul) ulama besar Kaliwungu, Kyai Asy’ari (Kyai Guru) dengan cara me-ziarahi kuburnya setiap tanggal 8 Syawal, setiap tahun. Sunan Katong hari wafatnya (khoulnya) dirayakan setiap bulan Rajab setiap tahun, biasanya jatuh pada pasaran kliwon, Sayyid Bakhur (Bakir) bin Ahmad bin Sayyid Bakri (Wafat 8 April 1965) dan istrinya Fatimah binti Sayyid Ali Akbari (almarhumah) (wafat 21 Januari 1989) khoulnya setiap bulan Besar (hari Raya Qurban). Sesuai dengan perkembangan masyarakatnya, kemudian lokasi ziarah berkembang ke makam Pangeran Mandurorejo, dan Pangeran Pakuwaja, Kyai Mustofa, Kyai Rukyat, dan Kyai Musyafa’.
Awalnya kegiatan ziarah mengirim doa di makam Kyai Asy’ari ini hanya dilakukan oleh keluarga dan keturunan Kyai Asy’ari, tetapi lama kelamaan diikuti oleh masyarakat muslim di Kaliwungu dan sekitarnya. Akhirnya, kegiatan itu semakin massif terjadi setiap tahun, bahkan objek lokasi ziarah melebar bukan hanya kepada makam Kyai Asy’ari atau “Kyai Guru”, akan tetapi juga ke makam Sunan Katong, Pangeran Mandurarejo, seorang Panglima Perang Mataram, dan Pangeran Pakuwaja. Belakangan para peziarah merambah juga berziarah ke makam Kyai Mustofa, Kyai Musyafa’, dan Kyai Rukyat.
Makam Kyai Asy’ari, Makam Pangeran Mandurarejo, dan Sunan Katong terletak di jabal sebelah selatan desa Protomulyo, sedang makam Kyai Mustofa dan Kyai Musyafa’ terletak di jabal sebelah utara-barat. Kemudian acara dilanjutkan jalan kaki bersama-sama para kyai dan masyarakat santri Kaliwungu menuju makam Kyai Asy’ari. Agenda acara ritual di makam Kyai Asy’ari adalah (1) Pembukaan, (2) Pembacaan Riwayat hidup singkat Kyai Asy’ari, (3) Pembacaan Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, Al-An-Nas dan tahlil, dan (4) Doa untuk para arwah leluhur, ulama yang dimakamkan di pemakamman Protomulyo dan Kutoharjo.
Keramaian syawalan tentu saja mengundang orang untuk datang, dan sesuai dengan hukum pasar dimana ada keramaian pastilah disitu juga ada pedagang yang “mremo” di acara syawalan, bahkan pengunjung yang datang sebagian besar bukan untuk berziarah syawalan melainkan untuk menikmati keramaian itu yang dimeriahkan oleh berbagai macam penjual dan aneka permainan anak-anak.
Aneka hiburan tersedia dari mulai permainan anak-anak semacam komedi putar, hingga hiburan orang dewasa semacam Tong Setan dan Panggung Dangdutan. Jadi mengingatkanku sewaktu masih kecil, syawalan adalah moment yang selalu kutunggu-tunggu untuk memecahkan celengan ayamku, biasanya aku selalu punya target tertentu untuk mendapatkan salah satu mainan yang dijual di aneka syawalan dengan uang yang kutabung selama setahun sebelumnya. Sekarang, adalah syawalan pertamaku di negara orang dan sekaligus baru pertama kali aku melewatkan acara syawalan di kampung halamanku. Anyway, makasih buat Dian Wahyu Puspitasari dari Suara Merdeka buat kiriman foto-foto syawalannya tadi sore, membuat memoriku melayang kembali ke kampung halaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar